NASMOCOLOVERS - Mobil listrik kerap disebut sebagai solusi hemat dan ramah lingkungan untuk masa depan.
Tidak ada pengeluaran untuk BBM, pajak lebih ringan, dan sensasi berkendara yang senyap jadi daya tarik tersendiri. Namun, apakah benar mobil listrik lebih murah dalam jangka panjang?
Jika dilihat dari sisi total biaya kepemilikan (Total Cost of Ownership/TCO) selama 5 tahun, ternyata mobil hybrid justru bisa lebih menguntungkan, terutama bagi konsumen Indonesia yang mengutamakan efisiensi dan kepraktisan.
Berikut ini adalah hitung-hitungan realistisnya!
1. Harga Beli Awal: Hybrid Lebih Bersahabat
Meski insentif pemerintah membuat harga mobil listrik sedikit lebih terjangkau, nyatanya harga EV masih cenderung tinggi. Ambil contoh:
Mobil listrik sekelas menengah: Rp 700–900 juta
Mobil hybrid di kelas yang sama: Rp 450–650 juta
Selisih harga Rp 200 juta ke atas ini bukan angka kecil. Bagi sebagian besar masyarakat, selisih itu bisa digunakan untuk kebutuhan lain, termasuk asuransi, cicilan rumah, atau biaya pendidikan.
2. Biaya Pengisian vs BBM: EV Memang Lebih Murah, Tapi...
Secara energi, mobil listrik memang lebih murah.
Charging di rumah mungkin hanya memakan biaya Rp 50–60 ribu untuk satu kali isi penuh, setara jarak 300–400 km.
Sementara itu, mobil hybrid tetap memerlukan BBM, meskipun sangat irit (1 liter bisa menempuh hingga 20 km).
Namun jangan lupa, untuk mobil listrik, kamu perlu:
Instalasi charger di rumah (bisa Rp 15–20 juta)
Upgrade daya listrik (biaya tambahan dan tagihan bulanan naik)
Jadi meskipun biaya per kilometer lebih murah, ada investasi awal dan biaya tersembunyi yang harus diperhitungkan.
3. Biaya Perawatan: Hybrid Lebih Stabil dan Teruji
Mobil listrik memang tidak perlu ganti oli mesin, tapi bukan berarti bebas perawatan. Sistem pendingin baterai, software, inverter, dan motor listrik tetap butuh pengecekan berkala.
Sementara itu, mobil hybrid modern punya sistem perawatan yang sudah sangat stabil dan didukung bengkel resmi di seluruh Indonesia. Komponen mesin dan listrik bekerja secara harmonis tanpa saling membebani, membuat mobil lebih awet dan minim gangguan.
4. Umur Baterai dan Biaya Penggantian: Ini Titik Kritisnya
Baterai adalah jantung mobil listrik, tapi juga titik lemahnya. Umur pakainya biasanya 8–10 tahun, tergantung pemakaian.
Jika perlu diganti, biayanya bisa mencapai Rp 100–200 juta.
Bandingkan dengan baterai hybrid, yang jauh lebih kecil kapasitasnya, lebih murah diganti (biasanya di bawah Rp 30 juta), dan bahkan tidak selalu perlu diganti sepanjang masa pakai mobil.
Kekhawatiran akan penggantian baterai besar ini sering kali membuat konsumen berpikir ulang untuk membeli EV, apalagi dalam jangka panjang.
5. Harga Jual Kembali: Hybrid Masih Lebih Menjanjikan
Pasar mobil bekas juga berbicara. Saat ini, harga jual kembali mobil listrik masih belum stabil. Banyak calon pembeli khawatir dengan kondisi baterai bekas, dan nilai depresiasinya bisa sangat tinggi dalam 3–5 tahun pertama.
Sebaliknya, mobil hybrid menunjukkan performa nilai jual yang lebih baik, karena sudah dianggap teknologi “aman” oleh pasar dan tidak terlalu bergantung pada kondisi baterai saja.
Mobil listrik memang menawarkan keunggulan biaya energi dan emisi nol, tapi jika dilihat dari total biaya kepemilikan 5 tahun, mobil hybrid menawarkan kombinasi ideal antara efisiensi, harga terjangkau, dan kenyamanan tanpa beban tambahan.
Konsumen yang cerdas pasti tidak hanya melihat angka konsumsi energi, tapi juga memperhitungkan biaya tersembunyi dan risiko di masa depan.
Jadi, sebelum memutuskan beralih ke mobil listrik, mobil hybrid layak dipertimbangkan sebagai solusi paling masuk akal untuk saat ini. Irit, bebas khawatir, dan tetap ramah.